Sorong, – Saudara Ferdinand Risamasu sebenarnya malu sebagai anak seorang penginjil yang merampas hak Kesulungan Orang Asli Papua. Sebab bapaknya datang menginjil di Papua untuk mendidik dan mengangkat harkat serta martabat Orang Asli Papua.
Tujuan para penginjil ke tanah Papua agar membuka tabir kegelapan menjadi terang. Terang itu akan menerangi setiap sendi kehidupan di tanah ini. Masih teringat doa para penginjil dikalah itu, bahwa ” Tuhan kami datang ke negeri ini nan jauh dari asal kami, kami pertaruhkan semua jiwa raga kami untuk membuka tabir kegelapan, membawa terang Tuhan di tanah ini dan menjadikan orang asli Papua menjadi tuan di negerinya sendiri.”
Doa, dan visi besar untuk tanah ini, Puji Nama Tuhan yang mempunyai tanah ini. Hari ini “anak asli Papua sudah mulai berkembang dan menjadi pemimpin di tanah ini. Namun, sayang seribu sayang mimpi besar ini dikubur mentah-mentah didepan mata orang asli Papua, anak seorang penginjil bernama Ferdinand Risamasu membatalkan dan menghancurkan mimpi dan visi besar para penginjil untuk menjadikan orang asli Papua Tuan Di Negerinya sendiri “.
Sebagai anak penginjil sebenarnya harus malu sebab dengan maju merampas hak Kesulungan orang asli Papua itu artinya Ferdinand Risamasu menghancurkan mimpi besar sang ayah dan para penginjil lainnya yang telah mengorbankan masa mudanya datang mengabdi di Tanah ini untuk menjadikan orang asli Papua tuan dinegerinya sendiri.
Majunya Ferdinand Risamasu sebenarnya telah menyakiti hati orang asli Papua, bapaknya membangun orang asli Papua dan mau menjadikan orang asli Papua tuan dinegeri sendiri, malah anaknya menghancurkan mimpi besar itu dengan merebut secara paksa hak Kesulungan orang asli Papua untuk menjadi tuan dinegeri sendiri.
Oleh sebab itu, Orang asli Papua pasti didalam lubuk hatinya yang dalam akan kecewa dan sakit hati dengan tindakan Ferdinand Risamasu apalagi seorang Doctor yang selangkah lagi menyandang gelar Guru Besar atau Profesor di Universitas cenderawasih di Jayapura Provinsi Papua.
Orang asli Papua akan mengatakan bahwa ternyata Anak-anak penginjil mau rebut kita punya hak Kesulungan juga kah????
Maka akan muncul kekecewaan mendalam, dan ingat ada pepatah mengatakan : “Nila setitik merusak susu sebelanga”. artinya seorang Ferdinand Risamasu yang melakukan perampasan hak Kesulungan orang asli Papua tapi Orang asli Papua akan beranggapan bahwa semua anak penginjil sama saja, mau rampas hak Kesulungan orang asli Papua. Dan dari situlah akan muncul ketidakpercayaan orang asli Papua terhadap keturunan Anak-anak penginjil di Tanah Papua karena Bapak/kakek mereka membangun orang asli Papua tapi Anak-anak/cucunya menghancurkan mimpi besar orang asli Papua dengan memaksakan diri merebut Kursi Kepala daerah yang merupakan hak adat atau hak Kesulungan orang asli Papua.
Perlu dipahami bahwa dengan demikian dan selanjutnya hubungan orang asli Papua dan anak-anak penginjil akan menjadi renggang dan jauh, sebab alam berpikir orang asli Papua sangat sensitif terhadap hak Kesulungan mereka.
Jadi majunya Ferdinand Risamasu ini sadar tidak sadar akan merusak hubungan baik antar orang asli Papua dan anak-anak penginjil ditanah Papua. Terkadang rakus akan jabatan membuat kita lupa menelisik ke belakang perjuangan orang tua kita. Terkadang rakus akan kekuasaan membuat orang lupa diri dan tidak tahu diri dan tidak punya urat malu. Terkadang rakus akan jabatan membuat orang gelap mata dan mata hati tertutup.
Pemaksaan kehendak untuk merebut hak Kesulungan orang asli Papua yang dilakukan oleh Ferdinand Risamasu ini akan dicatat dalam catatan sejarah hidup orang asli Papua bahwa : “Bapanya susah payah membangun, Anaknya menghancurkan Orang asli Papua dan dari situlah Orang asli Papua akan menghapus sejarah Perjuangan keluarga ini dalam catatan sejarah hidup orang asli Papua”. (Tulisan : Yehezkiel Kalasuat Sekjend GEMPHA PBD, Tokoh Pemuda Malamoi Sorong)