Kota Sorong, mediabetewnews.com – Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat Daya bersama Yayasan Tifa Mandiri mengadakan diskusi penyusunan Rencana Aksi Daerah (RAD) penanggulangan Tuberkolosis (TB), Pneumonia dan Diare.
Diskusi yang di gelar di kafe Teman Baik tersebut bertujuan menyediakan pedoman strategis yang komprehensif dalam upaya pencegahan dan pengendalian Ketiga penyakit tersebut di tingkat daerah.
Dokumen ini nantinya berfungsi sebagai acuan bagi oemerintah daerah dalam menyusun kebijakan, merancang program intervensi, serta mengkoordinasikan upaya lintas sektor guna mencapai target penurunan angka kesakitan dan kematian akibat TB, Pneumonia, dan Diare secara efektif dan berkelanjutan.
Sekretaris Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat Daya, Nurse Hansen M.Su mengatakan, rencana aksi daerah penanggulangan penyakit TB, Pneumonia dan Diare akan dilakukan di dua wilayah yaitu kota dan kabupaten Sorong.
” RAD ini merupakan panduan atau acuan dalam rangka penanganan kesehatan,” ujarnya, Senin, 24 Maret 2025.
Hansen menambahkan bahwa di Papua Barat Daya, kasus semacam ini menjadi perhatian pemerintah daerah.
Ia mengapresiasi yayasan Tifa Mandiri yang telah memberi perhatian terhadap masalah kesehatan di Papua Barat Daya.
” RAD ini nantinya bisa dijadikan dasar atau acuan bagi pemda dalam rangka mengambil kebijakan penanganan kesehatan,” ungkapnya.
Hansen menegaskan bahwa untuk saat ini RAD hanya di fokuskan pada kota dan kabupaten Sorong. Kedepan, RAD akan diperluas untuk semua daerah di Papua Barat Daya.
Ia pun mengingatkan bahwa penanganan masalah kesehatan bukan hanya tanggung jawab pemda semata, semua maayarakat dan NGO juga memiliki tanggung jawab.
” Nantinya, RAD yang ada akan disosialisasikan ke OPD-OPD yang ada untuk jangka waktu lima tahun kedepan,” kata Hansen.
Mantan pejabat eselon dua kabupaten Sorong itu menyebut penanganan kesehatan kedepan harus 100 persen.
” Sejauh ini penaganan tiga penyakit ini baru memcapai 48,1 persen di tahun 2024. Kita perlu peningkatan lagi hingga 100 persen,” ujarnya.
Sementara perwakilan yayasan Tifa Mandiri, Decky Walgiarno mengatakan, yayasan Tifa Mandiri bersama Unicef mengeksplor, bekerja lebih bagus.
Makanya, kita akan mengembangkan RAD guna menemukan semua kasus yang ada lalu kita obati.
” Berkaitan dengan tiga penyakit tadi biasanya muncul Kejadian Luar Biasa (KLB). Nah, kiita berupaya agar tidak terjadi KLB,” ujar Decky.
Decky mengaku bahwa 60 sampai 70 persen upaya penanganan maaih d jalur preventif. Cara penularannya pun bisa diketahui. Tapi dengan adanya perubahan cuaca seperti ini jangan sampai memumculkan KLB.
Guna membentengi itu masyarakat harus melakukan tindakan preventif dan promotif. Supaya tidak terjadi KLB yaitu rencana aksi yang mana di dalamnya termasuk penatalaksanaan, ada pengembangan dalam perlindungan dan pencegahan.
” Tiga hal itu yang perlu dijaga, dan diharapkan penanganannya di Papua Barat Daya bisa 100 persen,” kata Decky.
Decky mengaku, selama 30 tahun menjadi mitra pemeeintah yayasan Tifa Mandiri tetap mengembangkan misi yayasan guna membantu pemerintah melakukan preventif dan promotif.
” Nggak mungkin kuratif karena hanya dimiliki oleh fasilitas kesehatan. Tapi pasti kita akan membantu,” pungkasnya.
Lebih lanjut Decky mengaku bahwa 80 persen tindakan yang kita lakukan adalah preventif, 20 persennya pendampingan. Hanya saja, kita terbentur dengan kearifan lokal.
” Kita berharap peran daripada kader-kader kesehatan dalam menjaga lingkungan. Misalnya, tidak boleh merokok dalam rumah, lingkungan harus bersih, rumah harus mendapat penyinaran matahari yang baik,” ujarnya.
Decky menekankan bahwa peran kader kesehatan dan stakeholder lainnya sangat diperlukan. Masyarakat harus diinformasikan berulang kali. (Edi)