SORONG, – Calon Anggota Legislatif (Caleg) Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) Nomor Urut 10, Paul Finsen Mayor, S.IP, CM.NNLP saat berkunjung ke Kampung Batu Lubang, Distrik Makbon Kabupaten Sorong bertekad menyiapkan pemuda Papua yang sehat, cerdas, terampil serta mampu membangkitkan kembali seni budaya masyarakat adat Papua yang mulai hilang termakan budaya luar.
“Ketika saya duduk menjadi anggota DPD RI, maka saya akan mengembalikan kembali kemegahan dan ketenaran dari seni budaya masyarakat asli Papua yang sudah mulai terkikis dan termakan perkembangan budaya asing.,” ungkap Caleg DPD RI Nomor Urut 10 yang lebih dikenal dengan Pace Rambut Merah saat menjawab aspirasi masyarakat Batu Lubang yang ingin memiliki sanggar seni sendiri.
Oleh karena itu lanjut Paul, saya akan membentuk sanggar-sanggar seni budaya dan akan membuat perlombaan seni budaya Papua agar dapat merangsang kembali rasa cinta dan memiliki akan budaya Papua dari anak-anak muda Papua yang sudah mulai terpengaruh dengan budaya luar.
Ditambahkan Paul, selain membuat ivent saya juga akan menggelar Forum Group Discussion (FGD) dengan menghadirkan pembicara yang berasal dari seniman dan budayawan Papua untuk membahas dan mencari solusi bagaimana kita dapat mengangkat kembali seni dan budaya Papua agar dapat terkenal kembali di kancah dunia seperti pada tahun 1970-an.
Lanjut Paul, kondisi orang Papua saat ini sudah sangat memprihatikan karena jumlah sudah sedikit, banyaknya anak tidak sekolah dan putus sekolah, banyaknya angka pengangguran. Oleh karena itu permasalahan ini harus segera sikapi dengan baik karena apabila hal ini dibiarkan berlarut-larut maka tidak menutup kemungkinan ditahun 2030 orang asli Papua di dalam kota akan hilang.
Dengan demikian, ketika saya terpilih untuk menjalankan amanah dari masyarakat Papua Barat Daya maka saya akan menghadirkan sekolah bagi anak-anak papua berpola asrama dan balai pengobatan bagi orang Papua sehingga mereka juga dapat pelayanan kesehatan yang lebih baik serta akan mempersiapkan anak-anak muda Papua yang putus sekolah dengan memasukan mereka ke balai pelatihan tenaga kerja sehingga mereka dapat memperoleh ilmu untuk menjamin kehidupan mereka dan keluarga mereka dikemudian hari. (jd)