WAISAI, mediabetewnews.com – Kisruh dalam perekrutan calon anggota Majelis Rakyat Papua Barat Daya (MRPBD) di wilayah Raja Ampat dikarena Panitia Seleksi (Pansel) hanya mensosialisasikan pencalonan ini hanya pada daerah atau kampung-kampung yang dihuni oleh suku tertentu saja tidak di 141 kampung yang ada di Raja Ampat.
Wakil Ketua DPRD Kabupaten Raja Ampar, Charles A.M Imbir saat dikonfirmasi media ini melalui pesan What’s App membenarkan hal tersebut.
“Iya benar, pansel MRPBD wilayah Raja Ampat hanya mensosialisasikan pencalonan anggota MRPBD pada kampung yang dihuni oleh suku tertentu saja. Padahal, seharus disosialisasikan di seluruh kampung yang ada di Kabupaten Raja Ampat,”ujar Charles tegas.
Dikatakan Charles, tiga suku besar ini merupakan masyarakat asli Raja Ampat yang adalah Orang Asli Papua yang mendiami wilayah pesisir Kepulauan Raja Ampat bersama dengan saudara-saudara mereka dari suku Ambel, Suku Kawe, Suku Wawiyai, Suku Tipin, Suku Langgayam, Suku Batbat, Suku Bata, Suku Kafdaron, dan Suku Moi Salawati sehingga tidak ada alasan dalam bentuk apapun untuk melarang atau tidak menerima 3 suku besar Betew, Usba dan Wardo mencalonkan diri dalam pemilihan anggota MRPBD.
“Betew, Usba dan Warda adalah suku besar asli Raja Ampat, jadi Panitia Seleksi harus menerima perwakilan mereka untuk ikut dalam pencalonan anggota MRPBD, kalau tidak maka Pansel telah merusak tatanan kehidupan makan satu piring, tidur satu bantal menjadi makan sendiri dan tidur sendiri, sama halnya Pansel telah menciptakan konflik antar suku di Raja Ampat,”jelas Charles.
Menurut Charles, Pansel harus jawab kenapa hanya satu suku…dasarnya apa…..kenapa pansel bisa menyelenggarakan sosialisasi hanya di kampung-kampung yang di sebut maya. Apabila Pansel tidak dapat menjelaskan alasan mereka maka secara nyata dan terang-terangan telah membuat kegaduhan sosial di Raja Ampat. (jd)
