SORONG, mediabetewnews.com – Anggota Badan Pekerja (BP) Am Sinode Wilayah VII GKI Di Tanah Papua, Penatua Nimrod Sesa mengklarifikasi pernyataan dari Ketua Dewan Adat Papua (DAP) Wilayah III Doberay/Papua Barat, Mananwir Paul Fincen Mayor, S.IP yang dimuat media online wartapapua.id pada Senin 13 Desember 2022 (kemarin) yang menyatakan ‘Warga Jemaat GKI Di Aifat Raya Bagai Anak Ayam Kehilangan Induk’.
Saat ditemui awak media di ruang kerjanya, Rabu (14/12) pagi tadi, Anggota Badan Pekerja (BP) Am Sinode Wilayah VII GKI Di Tanah Papua,Nimrod Sesa yang didampingi Wakil Ketua Klasis Aifat, Agustinus Saa dan Wakil Sekretaris Klasis Aifat, mengakui bahwa sejak kasus penyerangan di Pos Ramil Kisor pada tanggal 2 September 2021 yang merupakan basis warga jemaat GKI Di Tanah Papua, memang banyak yang mengungsi meninggalkan kampung halaman mereka dan belum seluruhnya kembali sampai saat ini.
Namun kata Nimrod, langkah-langkah yang sudah diambil oleh jemaat, klasis dan sinode GKI Di Tanah Papua sudah sangat luar biasa, sampai kita datangkan Sekjen Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia (PGI) bukan hanya PGI tetapi kami juga mengundang persekutuan gereja-gereja dunia untuk datang.
“Kami sangat menyesalkan pernyataan dari saudara Paul Fincen Mayor yang juga adalah anak GKI. Kalau pun ada masyarakat yang datang menyampaikan informasi sebagai bentuk kekecewaan mereka paling tidak konfirmasi dengan kita sebagai pimpinan gereja, apakah benar ada warga jemat yang mati dan dibuang di jurang atau apakah kita tidak mengurus warga jemaat,” ungkap Nimrod.
Lanjut Nimrod, dan sampai saat ini tidak ada informasi bahwa ada warga jemaat yang meninggal dan dibuang, tidak ada sama sekali. Kalau cuma bicara-bicara saja, coba datang saja ke Kisor atau ke Aisa.
Ditambahkan Nimrod, kesempatan seperti sekarang ini saat menjelang Natal ini datang dan berikan sumbangan kepada masyarakat yang ada di sana. Jangan bicara disini saja kalau boleh datang kunjungi mereka.
Dan ketika peristiwa itu terjadi yang turun pertama itu gereja dan itu gereja apa kalau bukan GKI Di Tanah Papua. Semua hal sudah kami lakukan, bahkan hari ini jemaat-jemaat tidak seperti anak ayam kehilangan induk. Kita ada kumpul dan beribadah, pendeta kita taru untuk melayani mereka disana.
“Pernyataan ini sepihak, oleh sebab itu kami klarifikasi supaya jangan sampai semua orang pikir GKI Di Tanah Papua menutup mata untuk situasi ini, itu tidak. Jemaat-jemaat yang penuh keterbatasan tetap ada dan masih dalam pengawasan gereja terutama Klasis Aifat dan BP Am Sinode Ditanah Papua,” tutup Nimrod.
Sementara Ketua Klasis Aifat, Pdt. Selpinus Assem, S.Th yang dihubungi Anggota BP Am Sinode Wilayah VII GKI Di Tanah Papua, Penatua Nimrod Sesa melalui sambungan telepon seluler Sorong-Maybrat guna turut mengklarifikasi pernyataan Saudara Paul Fincen Mayor mengatakan, saat peristiwa tanggal 2 September 2021, kami selaku pimpinan gereja (Klasis Aifat) langsung mengambil langkah-langkah pelayanan penyelamatan pengungsi
“Setelah peristiwa tanggal 2 September 2021 warga jemaat tersebur dimana. Yang pertama kami lakukan adalah mengeluarkan warga jemaat di Aifat Timur melalui hutan dan berlangsung 3 hari dan kami kumpulkan mereka yang tersebar pada beberapa tempat dan kami memberikan pelayanan makan, minum dan tempat tinggal dan dilayani dalam ibadah-ibadah,” jelas Assem.
Selanjutnya kata Assem, pelayanan yang kita lakukan terhadap semua pengungsi baik itu katolik maupun GKI tetapi kami dari GKI mempunyai data dari masing-masing kampung baik dari klasis Aifat, Klasis Aitinyo maupun Klasis Ayamaru termasuk di wilayah kota dan kabupaten Sorong mereka yang mengungsi juga diberikan oleh teman-teman pelayan di daerah dimana mereka berada.
“Bantuan pertama dari Sinode dan kami sudah bagikan semua itu kepada pengungsi, dan kami juga membuka posko di Jemaat Sion Kmurkek dan kami melakukan pelayanan kepada pengungsi,” ungkap Assem.
Lanjut Assem, silahkan saja teman-teman yang memberikan batahan atau pemberitaan di media itu hak dia tapi pemberitaan yang disampaikan di media itu, yang bersangkutan tidak bertanggung jawab.
“Kalau sebagai pimpinan Dewan Adat Papua apa yang dia kerja untuk rakyatnya. Dia juga harus mengklarifikasi bahwa berita itu harus dikonfirmasikan kita di lembaga baik di Klasis, BP Am wilayah juga dipimpinan Sinode supaya kami juga dapat memberikan data yang baik. Mungkin saudara-saudara warga jemaat kami yang menyampaikan kabar ini untuk menyampaikan ini media mereka harus menyampaikan data-data,” tegas Assem.
Dikatakan Assem, pada tanggal 11 Desember 2022 dalam Rapat Kerja Sinode GKI Di Tanah Papua, kami sudah melakukan kerjasama dengan pihak pemerintah, Pangdam, TNI/Polri sudah mengantar jemaat dan mereka sudah pulang ke Kisor dan pêndeta sudah kami serahkan dan pelayanan sudah berjalan seperti biasa.(jd)