Beranda Uncategorized Warga Jemaat GKI Di Aifat Raya Bagai Anak Ayam Kehilangan Induk

Warga Jemaat GKI Di Aifat Raya Bagai Anak Ayam Kehilangan Induk

59
0
BERBAGI

SORONG, mediabetewnews.com – Warga Jemaat Gereja Kristen Injili (GKI) Di Tanah Papua Klasis Aifat merasa kehidupan rohani mereka bagai anak ayam kehilangan induk paska kejadian penyerangan Posramil di Kampung Kisor beberapa waktu lalu.

Hal ini diungkapkan Ketua Dewan Adat Papua Wilayah III Doberay/Papua Barat, Mananwir Paul Fincen Mayor, S.IP saat menerima laporan dari beberapa anggota jemaat GKI Fito Kisor di Sekretariat Perwakilan Dewan Adat Papua (DAP) Wilayah III Doberay/Papua Barat di Jalan Pendidikan Km 8 Kota Sorong, Selasa (13/12) pagi tadi.

“Pagi ini, saya didatangi beberapa warga jemaat GKI Fito Kisor yang meminta saya untuk menyampaikan pesan mereka kepada petinggi GKI Di Tanah Papua (BP Am Sinode) untuk dapat memperhatikan kehidupan rohani mereka yang tidak pernah diperhatikan oleh pihak gereja paska peristiwa penyerangan Posramil Kisor beberapa waktu sehingga mereka merasa seperti anak ayam kehilangan induk,” ungkap Mananwir mengulangi laporan yang diterima dari warga jemaat GKI Kisor.

Lanjut Mananwir, mereka juga menyampaikan bahwa mulai dari Sinode, Klasis sampai dengan pimpinan gereja di wilayah kerja Klasis Aifat tidak pernah memperhatikan mereka. Hal ini dapat dilihat dari sekian banyak jemaat yang ada di Aifat Raya hanya 2 atau 3 jemaat saja yang aktif menjalankan ibadah sementara yang lain tidak aktif hingga saat ini.

Selain itu juga kata Mananwir, warga menjelaskan bahwa warga jemaat kebanyakan masih berada di dalam hutan dan kondisi mereka sangat memprihatinkan yang mana saat mereka sakit dan meninggal jenasah tersebut tidak pernah ada ibadah pemakaman tetapi mereka hanya dimakamkan begitu saja bahkan ada yang mereka buang dijurang.

Menanggapi hal tersebut Ketua DAP Wilayah III Doberay/Papua Barat, Mananwir Paul Fincen Mayor, S.IP sangat prihatin dengan kondisi kerohanian yang dialami oleh warga jemaat GKI Di Tanah Papua Klasis Aifat saat ini karena hampir semua gereja ditutup sehingga mereka tidak tahu mau.

“Saya sangat prihatin dengan kondisi mereka karena adalah Orang Asli Papua yang harus diperhatikan dan dilayani dengan baik. Dewan Adat Papua hadir untuk mereka seperti semboyan atau motto dari Dewan Adat Papua sendiri yakni menyelamatkan Manusia, Alam dan Tanah,” terang Mananwir.

Oleh karena itu sebagai Rumah Besar Masyarakat Adat Papua yang membawahi dua provinsi (Papua Barat dan Papua Barat Daya) yang didalamnya terdapat 10 kabupaten dan 1 kota, Dewan Adat Papua Wilayah III Doberay/Papua Barat meminta kepada pihak BP Am Sinode GKI Di Tanah Papua untuk turun langsung ke jemaat-jemaat yang hingga kini belum melaksanakan ibadah dan sekaligus memberikan jaminan rasa aman kepada warga jemaat saat menjalankan ibadah seperti yang dilakukan oleh Keuskupan Manokwari-Sorong kepada umat Katolik di Aifat Raya.

“Dengan kerendahan hati, saya meminta kepada pihak BP Am Sinode GKI Di Tanah Papua untuk segera turun ke Aifat Raya untuk melihat kondisi warga jemaat GKI Di Tanah Papua di Aifat Raya dan memberikan jaminan rasa aman bagi mereka saat menjalankan ibadah maupun aktivitas sehari-hari. Sekalipun pihak pemerintah dan TNI/Polri juga sudah memberikan jaminan keamanan, tetapi pihak gereja juga harus dapat memberikan jaminan keamanan kepada warga jemaatnya sehingga mereka merasa bahwa mereka masih tetap diperhatikan oleh pihak gereja,” pungkas Mananwir. (jd)

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here